Minggu, 01 Desember 2013

Inovasi Dalam Bidang Pendidikan

Dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Inovasi yang terjadi dalam bidang pendidikan tersebut, antara lain: dalam hal manajemen pendidikan, metode pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum, dan sebagainya

Model dan Contoh Kegiatan Inovasi Pendidikan
Ada dua model inovasi pendidikan, yaitu model “top down innovation” dan model “bottom up innovation”. Model pertama adalah suatu inovasi yang datang dari atas atau yang diciptakan oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing.
Kedua, adalah inovasi model “bottom up innovation”, yaitu model inovasi yang diciptakan berdasarkan ide, kreasi, dan inisiatif sendiri oleh suatu lembaga pendidikan seperti sekolah, universitas, guru, dosen, dan sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa contoh inovasi pendidikan yang telah dilakukan oleh Depdiknas selama beberapa dekade terakhir ini, yaitu: Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), Sistem Pengajaran Modul, Guru Pamong, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), dan sebagainya.
Contoh kegiatan inovasi pendidikan tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)
Proyek ini bertujuan untuk mencoba bentuk sistem persekolahan komprehensif dengan nama “Sekolah Pembangunan”.

2. Pengajaran dengan Sistem Modul
Sistem pengajaran ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar mengajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan penggunaan waktu, dana, fasilitas, dan tenaga secara tepat guna dalam mencapai tujuan secara optimal.

3. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi, sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif, pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.

Inovasi dalam bidang Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Berbagai kurikulum yang mewarnai dunia pendidikan di Indonesia :

1. Rencana Pelajaran 1947
kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan ( dalam bahasa belanda) artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa inggris). asas pendidikan ditetapkan pancasila. rencana pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.

2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut rencana pelajaran terurai 1952.

3. Kurikulum 1968
kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama. tujuannya pada pembentukan manusia pancasila sejati. kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. jumlah pelajarannya 9.

4. Kurikulum 1975
kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, AK, M.Si, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.

5. Kurikulum 1984
kurikulum 1984 mengusung process skill approach. meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. kurikulum ini juga sering disebut “kurikulum 1975 yang disempurnakan”. posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. model ini disebut cara belajar siswa aktif (CBSA) atau student active leaming (SAL).

6. Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999
kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “jiwanya ingin mengkombinasikan antara kurikulum 1975 dan kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata mudjito menjelaskan.

7. Kurikulum 2004
bahasa kerennya kurikulum berbasis kompetensi (KBK). setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.

8. KTSP 2006
awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. muncullah kurikulum tingkat satuan pendidikan. pelajaran ktsp masih tersendat. tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh departemen pendidikan nasional.

Bidang metode
  1. Interaksi langsung tanpa media
  2. Interaksi tidak langsung melalui perantara : barang cetakan, rekaman suara,visual.
  3. Quantum learning
    Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
  4. Contextual Teaching and Learning /CTL
    Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
  5. Cooperative learning
    Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur.
    Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang
     menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.
  6. Active learning
     Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
  7. PAKEM
    adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana demikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
    Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar- mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya sepertibermain biasa.
  8. Sekolah satu atap merupakan model pendidikan berbeda jenjang TK dan SD, SD dan SMP yang pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya berlangsung pada satu tempat. Model ini di desain untuk mendekatkan lembaga pendidikan ke tempat yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat. Harapannya tidak lagi ada anak usia sekolah yang tidak bersekolah hanya karena jarak tempuh ke sekolah yang jauh.

    Daftar Pustaka
    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
    Hamalik, O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
    Hasbullah. (2005). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
    Hendra, A. (2009). “Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)”, tersedia di
    http://nyongandikahendra.blogspot.com/2009/04/cara-belajar-siswa-aktif- cbsa.html
    Idris, Z. (1991). Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Angkasa.
    Suryosubroto, B. (1990). Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
    Yamin, M. (2007). Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Press.
    Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia
    http://www. Tiranus.net/pentingnya-inovasi-kurikulum.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar